08
Mar
Nantikanmu
Part2
“hei akhwat! Cepet tolong dia!” teriak ikhwan misterius ini. Kisya yang
tak sempat menghampiri Vanny menatap kagum didekat mereka berdua. Tiba-tiba
seperti kesadarannya baru hadir, ikhwan misterius itu melepaskan rangkulannya
dengan hati-hati dan berlari menjauh menuju asrama. Ia menangis tertahan.
“Irsyaaad!!!” teriak salah satu ikhwan yang berada digerombolan ikhwan-ikhwan
yang ada. Kisya mencatat kuat-kuat dalam ingatannya, ternyata ikhwan misterius
itu bernama Irsyad. tak berapa lama seluruh akhwat bergerumbul membopong Vanny,
ustadz memanggil ambulans dan melarikan Vanny kerumah sakit.
“ane gak nyangka
Vanny pacaran ama Irsyad..” celetuk salah seorang akhwat, Riska namanya. “eh...
Vannykan keliatan sholehah.. masa sih pacaran? Ama kakak kelas lagi!” timpal
Farah. “heeh, jangan suudzon dulu dong...” Shofa menengahi, mereka ngutul dijam istirahat didalam kelas. Kisya
yang mendengar dari luar kelas dengan tidak sabar langsung menghampiri mereka,
“heh antuna! Jangan fitnah Vanny macem-macem yaa... dia ama Irsyad gak ada
hubungan apa-apa!” bela Kisya, bergabung dikumpulan mereka. “laaah... antumkan
tukang pacaran, siapa tau Vanny kehasut sama antum ikut-ikutan pacaran!” cibir Farah.”eh.. meskipun ane tukang
pacaran, tapi ane bukan setan yah! Gak mungkin ampe tega ngajak kayak gitu!”
Kisya melet. “iya ukhty.. gak boleh suudzon gitu.. kalian itu akhwat bukan
sih?” Shofa menengahi, yang lain mengangguk setuju dan sebagian beristigfar.
“Irsyad! Apa antum gila heuh? Kemaren
perbuatan antum udah kelewatan banget tau!” bentak Randy diperpus setelah ia
menemukan ikhwan berperawakan tinggi kurus itu. Irsyad hanya diam, dia tetap
membaca bukunya dimeja baca. Padahal fikirannya melayang kekejadian kemarin,
dan keadaan Vanny sekarang. “Irsyad, antum denger gak sih?” Randy teriak
ditelinga sahabatnya, ”iya, ana tau! Tapi ana juga gak ngerti kenapa ana
tiba-tiba ingin merangkul dia..” Irsyad menunduk, tangan kanannya mengusap
telinga kirinya yang sempat diteriaki Randy. Kemudian ia menutup buku yang sama
sekali tak ia baca.
“Syad, antum
dicariin dari tadi.. tuh dipanggil sama ustad Idris diruangannya!” panggil
seorang ikhwan tiba-tiba dari pintu perpus, Irsyad menahan nafas dan
mengeluarkannya dengan lemah. Tanpa menjawab ucapan ikhwan tadi, ia langsung
bergegas keruangan ustad Adam. Randy hanya bisa menggeleng lemah.
“antum ada
hubungan apa dengan Vanny?” Tanya ustad Idris to the point setelah menjawab
salam dan mempersilahkan masuk Irsyad. “tidak ada apa-apa tadz..” jawab Irsyad
singkat. “jawab yang jujur! Kamu mau diislah?” bentak ustad Idris tak sabar, ia
memelototi Irsyad yang terlihat tenang namun terlihat lesu. “ustadz boleh islah
saya, tapi ustadz tidak boleh mengislah Vanny tadz, dia tidak tau apa-apa..
dan, dia juga tidak tau siapa saya..” jawab Irsyad, memberanikan diri menatapa
wajah ustadz Idris yang mulai bersahabat. “maksud kamu bagaimana,Syad?”
kemudian Irsyad menceritakan semua perasaannya terhadap Vanny, dengan penuh
pengertian, ustad Idris memberikan nasihat padanya.
Tanpa disangka
saat Irsyad keluar dari ruang BP, sudah ada beberapa ikhwan yang menguping.
“astagfirullah.. kalian!!” Irsya kaget melihat banyak ikhwan yang cengengesan
kepergok nguping. “ciee Irsyad, lulud dari sini langsung merit dong…” celetuk
Dani terkekeh meledek Irsyad yang mukanya mulai memerah, “huuussst… Vannynya
juga masih kelas satu! Jadi tungguin dulu dia dong, kasian masa sekolah tapi
udah merit duluan mah..hehe” tambah
Azfa sok membenarkan. “sialaaan!!” Tak lama Irsyad menerkam kedua ikhwan
tersebut, semua tertawa.
Seminggu
kemudian..
“Vanny khaifa
khaluk?” Tanya Shofa menyambut Vanny digerbang asrama akhwat, “Alhamdulillah..
sekarang mendingan..” jawab Vanny tersenyum, ia dipapah Kisya yang ikut
menjemput Vanny dengan ustadzah Nining kerumah sakit. Sebenarnya ia diperbolehkan
ustadzah Ajeng _bagian perizinan_ untuk pulang kerumah setelah
kejadian tersebut, namun ia lebih baik pulang kepesantren bertemu
teman-temannya, daripada dirumahnya yang sepi karena orangtuanya selalu sibuk
bekerja. “Vanny...” sapa Sarah
centil. Vanny tersenyum lalu mengaitkan alisnya, apa maksudnya? “duluan
daripada kita dong yaa...” celetuk Riska. Farah dan Sarah yang menyambutnya
bersama Riska bareng menyejajari langkah Vanny yang dipapah Kisya. “maksudnya
apa sih?” tanya Vanny heran memandang teman-temannya bergantian. Ketiga makhluk
berjilbab itu hanya tekekeh. “udah kalian, jangan ganggu Vanny dulu! Dia baru
aja dateng, udah dibikin penasaran gitu!” omel Kisya, sebenarnya jika Vanny
tidak dalam keadaan seperti itu, mungkin dia akan ikut meledek Vanny. “iyaaa...
emaak..” ucap Sarah terkekeh, mereka bertiga memutuskan untuk masuk kedalam
asrama duluan, karna satu pintu tidak cukup dimasuki mereka berlima.
“sebenarnya
ada apa sih, Sya?” tanya Vanny tak tahan, setelah ia berhasil duduk diranjang
kasurnya, Kisya hanya tersenyum, ia tidak ingin menjawab pertanyaan Vanny,
untung Ustadzah Aulia
murrabiah mereka datang menjenguk Vanny, kebetulan dua sahabat ini satu likoan
juga. “bagaimana keadaan kamu sekarang Vanny?” tanya ustadzah setelah memberi
salam dan duduk didekat Vanny dan Kisya. “sudah agak mendingan mi..” jawab
Vanny sambil mencium tangan ustadzah Aulia. “walaupun kaki kiri agak retak,
tapi kata dokter dalam waktu dua minggu dapat kembali pulih mi..” lanjutnya lagi.
“ooh.. syukurlah kalo gitu.. kamu banyak istirahat aja ya...” nasihat ustadzah
Aulia, menepuk punggung Vanny pelan, ia mengangguk.
Kemudian tak lama
ustadzah Aulia menoleh kearah Kisya,” Sya.. bisa kamu keluar sebentar, ada yang
mau umi bicarain sama Vanny sebentar.. afwan ya..” ucapnya, Kisya langsung
mengerti, ia tersenyum dan mengangguk, segera pergi keluar kobong. “ada apa mi?” tanya Vanny heran,
ustadzah Aulia tersenyum, “kamu tau saat kecelakaan menimpamu, siapa yang
pertama kali menghampiri ingin menolongmu?” ustadzah malah balik bertanya,
Vanny mulai curiga dan ia mulai tegang. “si..siapa mi?” tanyanya agak gugup,
“fitrah manusia bila ia memiliki rasa dihatinya pada seseorang. Mungkin dia
memang benar-benar menyukaimu,Van..” inilah keistimewaan ustadzah Aulia, selalu
menjawab pertanyaan Mutarobinya dengan kata-kata indah. Vanny langsung menebak
dalam hatinya, pasti lelaki misterius itu!
“memangnya siapa
mi?” Vanny mengulang pertanyaannya yang tak terjawab sempurna, “Irsyad..” oh..
ikhwan itu bernama Irsyad! “dia kelas 3 sekarang, katanya sudah menyukaimu saat
MOPD..” lalu ustadzah Aulia menceritakan semuanya yang ia dengar dari suaminya
ustadz Idris guru BP ikhwan. Vanny tidak bisa lagi menyembunyikan warna merah
dipipinya. Hatinya berdesir. Apakah dia juga menyukai Irsyad?
“Irsyad...” gumam Vanny pelan, tanpa
terkontrol urat mulutnya. “hayooh.... ketahuan loh suka mikirin Irsyad!” Kisya
tertawa puas setelah mengagetkan sahabatnya itu, “hiiih Kisya! Nyebelin!”
teriak Vanny pelan, ia manyun. “makanya, kalo makan ya makan aja, fikirannya
jangan melayang kewajahnya Irsyad terus!” ledek Kisya lagi, iapun terkekeh.
“apaan sih...” Vanny melet, “sotoy!” sambungnya lagi, lalu menyuapkan sesendok
sayur yang sempat tertunda. “udah yuuk.. mending kita keperpus!” ajak Vanny,
sebenarnya ia mengalihkan Kisya, agar sahabatnya yang menyebalkan itu tidak
meledeknya lagi.
“eh... ada akhi
Randy tuh!” tunjuk Kisya pada seseorang yang berjalan kearah lain. “baru aja
lulus 4bulan dari sini, udah kangen ama ni sekolah..” ucap Vanny ngasal, Kisya
terkekeh. Kemudian mereka masuk kedalam perpus.
Seseorang
mengintip merka dari balik rak buku yang tinggi, penuh dengan buku referensi
yang jarang sekali seseorang menyentuhnya. Dengan segera ia menyelipkan secarik
kertas yang tak lama ia tulis kedalam buku tipis yang secara acak dia bawa.
“pak.. afwan banget, tolong kasihkan buku ini sama akhwat itu ya pak.. yang
pake kerudung merah disana..” tunjuk Irsyad, pada dua akhwat yang duduk dipojok
ruang perpus, vanny dan Kisya. “ooh.. “ pak Penjaga langsung ngeh, tersenyum
dan mengangguk setuju.
“maaf neng, ada
titipan buku buat neng ini..” ucap pak Penjaga tanpa basa-basi, Vanny meraih
buku tersebut dan memandangnya heran. “oh.. makasih pak..” jawabnya, pak
Penjaga langsung bergegas pergi. “waaah.. apa mungkin Randy kesini sama..”
tebak Kisya yang langsung membuat hati Vanny berdesir. Ia membuka buku
tersebut, secarik kertas terjatuh, kemudian ia memungutnya. Tertera tulisan
yang ia dan Kisya baca, ‘kutunggu kau dibatas waktu..:)’
Gubraaak!! Kisya
pingsan, “so sweeet!!” teriaknya. Vanny tersipu malu.
The End
This entry was posted
on Sabtu, 08 Maret 2014
at Sabtu, Maret 08, 2014
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.