Cerbung  

Posted by adistyawd



SKY FORCE


Revolusi bisa terjadi pada makhluk hidup akibat dari ledakan bintang berwarna merah yang jaraknya dengan bumi sekitar 900 juta kecepatan cahaya. Kepingan dari bintang tersebut menyebar keseluruh penjuru alam, hingga menembus planet-planet termasuk bumi. Batu bintang menyala yang tadinya sebesar gunung kini terbakar menembus atmosfer dan berubah menjadi kepingan kecil dan habis diudara yang akhirnya hanya menjadi debu-debu yang tidak terlihat dan tak berguna apa-apa.
Namun ada beberapa kepingan yang masih menyala merah dan besar. Ada yang sebesar bola tenis, batu kerikil, dan kelereng yang tak beraturan.

-JAKARTA_INDONESIA-

Di sebuah lapangan sepak bola belakang SMA, para remaja yang selesai latihan terlihat kelelahan karena keringat mengucur dari tubuh mereka. Untuk melepas lelah, ada yang tiduran diatas rumput, duduk dan minum dipinggir lapangan, dan ada juga yang langsung pulang. "Lar, gue pulang duluan ya" Hendy mengambil tas yang berada dipinggir lapangan, "ya .." tanpa menoleh Lary hanya menjawab dan tetap menikmati ketergeletakkan tubuhnya diatas lapangan, tangan kanannya menutupi wajahnya agar tidak terkena sinar matahari minggu siang itu. Sepatu dan kaos kakinya sengaja ia lepas karena terasa panas.
Sekarang hanya ada beberapa orang saja disitu, satu persatu dari mereka pulang, hingga tinggal Lary saja yang tinggal karena tertidur.
Sebuah benda merah menyala sebesar bola tenis jatuh keras kedalam sepatu Lary, terlihat asap kecil mengepul setelah jatuhnya benda tersebut. Lary bangun dan duduk karena kaget mendengar gertakan itu, yang membuat tanah disekitarnya agak berguncang. "haah..... Gempa bumi.!!" dalam posisi masih duduk dan agak terkantuk-kantuk, Lary mengambil sepatunya dan beranjak dari tempat itu.

-BANDUNG_INDONESIA-

Ditempat lain, sebuah kepingan sebesar kelereng terjatuh kedalam mangkuk sup yang masih penuh disebuah bangku taman, pemiliknya seorang gadis pergi membeli eskrim bersama adik lelakinya yang masih kecil, tingginya hanya sebatas pinggang gadis itu. Lalu ia kembali dan duduk bersama adiknya. "ayo... Makan dulu, nanti baru dimakan eskrimnya!" gadis itu mengangkat mangkuk hendak menyuapkan sesendok sup pada adiknya. "gak mau! Udah dingin akh!! Kakak aja yang makan! Wleeekk" Hegy memelet pada kakaknya dan berlari. "Hegggyy!!" Diesta hendak mengejar adiknya, namun ia urungkan karena perutnya pun lapar, 'ntar aja dech tu anak makannya, ni biar gue yang abisin' pikirnya. Sesendok penuh sup pun meluncur kedalam mulutnya.



 -WHITEHAVEN_AUSTRALIA-
Gundukan pasir berbentuk sebuah istana tak beraturan kini hancur oleh tendangan kecil dari seorang remaja australia. Arsitek istana tersebut yang berwajah sama dengannya -yang membedakan hanyalah rambutnya yang agak kehitaman- menyatukan halisnya dan membanting pasir dalam genggamannya dengan keras, melupakan kalo pasir tidak akan berdentam seperti batu. "shiittt you !!", ia berdiri dan tangan kanannya menyambar kerah baju saudaranya itu "kenapa kau selalu menggangguku?!! (dalam bhs inggris)" sifatnya yang pemarah memang jadi santapan lezat bagi saudaranya yang suka dengan keisengan. "hey.. hey.. hey .. Slow men, slow ..!" Rick tersenyum kecil dan mencoba melepaskan tangan adiknya, akhirnya Riph melepaskan cengkramannya dengan membanting tangan kanan keudara.
"kau ini masih kecil ya... Masih suka bermain dengan pasir.." Rick menyilangkan tangannya didepan dada, dan memandangi saudaranya yang menjauh tanpa menoleh, mendekati karpet yang dilindungi oleh payung pantai, hendak mengambil jus jeruk kesukaannya.
Riph duduk dan meminumnya tanpa merespon apapun pada Rick. Rick tersenyum tipis dan mendekati adiknya itu.
"apa kau masih mengingat kejadian disekolah? Akukan sudah minta maaf ..." "jangan ingat-ingat itu lagi! Aku sama sekali tidak ingin mengingatnya!! Memalukan,!" Riph memotong pembicaraan Rick, lalu ia membuang muka dan kembali minum. "Ayolah, kita ini saudara! Apa lagi kau adikku..!! Kau tau aku seperti apa kan..." Rick mencoba merayu adiknya, "ya... Aku tau kau, kau ini makhluk yang paling menyebalkan, bodoh, dan selalu membuatku membuang energi !! Sekarang pergi, jangan ganggu aku ..!" "oke ... Aku akan pergi..." Rick mencoba berdiri, tangan kirinya meraih sebuah kaleng minuman kosong, lalu ia melemparnya pada Riph, "dan kau akan mengikutiku..!!hahaha.." Rick lari begitu saja. "hey..!! Fuck you ..!!" Riph mengejar Rick kearah pantai.
Akhirnya terjadi perkelahian kecil yang diselingi gelak tawa. "hei..apa ini ?? Warnanya indah sekali..." Rick meraih sebuah batu kerikil merah yang mengambang didekatnya, "mungkin itu koral ..." Riph menjauhi pantai, dan Rick membawa batu itu digenggamannya.


-JAKARTA_INDONESIA-

Lary berlari menuju rak sepatu setelah menggunakan kaos kakinya diruang tamu, dengan gesit ia memakai sepatu sepak bolanya dan berlari menuju garasi. "aku pergi mah...." lalu ia mengayuh sepeda gunungnya. Sebenarnya Lary bisa saja naik motor atau mobil dari garasi, tetapi ia lebih suka memakai sepeda karena Lary menyukai olah raga. Sesekali Lary melirik kearah sepatunya karena seperti ada yang mengganjal. Akibatnya ia kehilangan konsentrasi dan menabrak pagar pembatas. Lary terlempar dan terjebur kedalam sebuah kolam hias ditaman. "aaakh ..siaaall..!!"



BANDUNG_INDONESIA-
Sekali lagi Diesta memegangi perutnya. Sepertinya ada yang salah dengan makanan yang ia makan. Perutnya terasa sakit, lalu ia coba membaringkan tubuhnya diranjang, ia masuk kamar setelah mengantar Hegie jalan-jalan ketaman. 'Kayaknya gara-gara makan sup bibi Cucu dech,, tapi perasaan gak pernah kayak gini ..' fikirnya, tapi ia tidak mau berprasangka buruk, mungkin ususnya saja yang sedang bermasalah. Akhirnya Diestapun tertidur untuk menghilangkan rasa sakitnya.

-WHITEHAVEN_AUSTRALIA-

"hey... Sedang apa kau? Ini, minumlah .. Kau pasti haus" diteras sebuah pondok pinggir pantai Rick membawa dua minuman jeruk untuknya dan satunya lagi disodorkan pada adiknya. Riph yang daritadi hanya memandangi pantai diatas kursi santai melirik Rick dengan curiga, yang dicurigainya jadi merasa tak enak, "hey.... Ayolah.. Apa aku tega menyimpan racun dalam minumanmu? Tentu saja tidak mungkin.. C'mon, believe me boy !!" lalu Rick meminum setengah dari gelasnya untuk meyakinkan adiknya. Tanpa basa basi Riph pun meminum setengah dari gelasnya juga. Riph mengernyitkan keningnya, "tolong ambilkan aku rokok didalam ..." Rick menoleh, "Jika kau ingin aku percaya padamu." tanpa fikir panjang Rick segera melangkah kedalam. Dengan cepat Riph menukarkan gelasnya, "jika aku mati, kau juga harus mati!" gumam Riph. Tak lama Rick datang dengan membawa papan selancar dan juga sebungkus rokok plus korek api yang langsung ia simpan diatas meja. Riph segera menyalakan rokoknya, Rick menenggak habis minumannya dan berlari menuju pantai bersama papan selancarnya. "hmmm... Pintar sekali .!" gumam Rick setelah mencoba mengecap-ngecap lagi lidahnya.
"Okhookk...okhokk..!! Arrgghtt.. Kenapa tenggorokanku?" Riph bergumam sambil memegangi lehernya yang terasa sakit dan gatal, lalu ia membuang rokoknya. "okkkhoook...!!" batuknya semakin menjadi, Riph memutuskan untuk masuk kedalam pondok.
Rick sesekali mengernyitkan kening, matanya terasa rabun melihat kedepan. Rick harus tetap fokus karena kalau tidak ia akan mati tenggelam dilaut.
Tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan dan jatuh dari papan selancarnya, ombak menggulung tubuhnya hingga kesisi pantai.
"orrhkhoookh! Orhkhookh!!" setelah Rick duduk disisi pantai, ia mengucek-ngucek lagi matanya, karena seperti ada sesuatu yang masuk kedalam kelopak matanya.
Tiba-tiba Rick dikejutkan oleh sebuah tangan yang menarik kerah bajunya, "kauu....okhook!! Kau memasukkan apa dalam minumanku??!okhook.. Okhoook!" Riph emosi dan terbatuk-batuk, tangan kirinya memegangi lehernya yang gatal, ingin sekali ia menggaruk tenggorokan dalamnya. "arrghht aku hanya memasukan batu berwarna merah yang aku temukan dipantai.! Lalu aku memecahnya... Apa kau menukarnya dengan minumanku?" Rick menyipitkan mata dan mengucek-nguceknya, terasa perih dan pandangannya rabun. "iyaa..!! Ternyata kau memang tidak bisa aku percaya.! Okhook.. Kenapa dengan matamu.?!! Khoorrk" Riph melepaskan cengkramannya dan duduk disamping saudaranya, "entahlah ... Arrgghtt periiih!!" Rick menutupi matanya dengan tekanan, ia seakan-akan ingin berguling-guling.
Melihat keadaan Rick seperti itu, Riph mengurungkan niat untuk menghajarnya, kemudian Riph membawa kakaknya kedalam pondok, walau tangan satunya lagi menahan sakit tenggorokannya.





-JAKARTA_INDONESIA-
"aarrggghtt!!!" Lary duduk dan melepas sepatu kanan setelah ia keluar dari kolam hias lalu melemparkan sepatunya. Rasanya panas, kemudian ia melihat telapak kakinya. O myGod, kaus kaki kanannya bolong seperti terbakar ! Lalu kakinya ia celupkan kedalam kolam hias tempat ia terjatuh. 'arrrhh panas ... Gue musti balik kerumah, gak mungkin kesekolah kayak gini.. Pasti ntar juga telat!' fikirnya.
Setelah merasa baik, Lary meraih sepatunya yang ia lemparkan, dan ternyata setelah ia lihat, telapak sepatunya bolong seperti terbakar. 'tadi gue nginjek apa?'



 -BANDUNG_INDONESIA-



                       "arrrggghttt...!!" disebuah lapangan rumput yang luas, Diesta meraung dan berguling-guling kesakitan, perutnya seperti dicabik-cabik seekor harimau dari dalam. Ingin sekali ia menghajar apa yang membuatnya sakit, tiba-tiba seperti ada yang mengalir kekedua tangannya, dan seperti energi yang tak terlihat, ia keluarkan magnet yang membuat tanah lapangan disekitarnya naik dan hancur seketika.

Dan, Diesta kaget setelah menyadari semua itu hanya mimpi, lebih mengagetkan lagi, kamarnya hancur seperti terkena gempa bumi berkekuatan 10 skala richter. Jendela pecah, lemari hancur meninggalkan baju-baju yang berserakan, tembok sudut ruangan hancur melihatkan jalan yang ada diluar, dan atappun retak-retak, bahkan sebagian jatuh berserakan. "hah....a..apa yang terjadi? Apa tadi ada gempa??" keringat mengucur deras dikeningnya, lalu ia berlari kebawah untuk melihat keadaan.

"non Diesta.. Non tidak apa-apa?" diujung tangga Diesta dicegat bi Cucu pembantunya yang berlari tegang mendekati ponakan majikannya, "ng..nggak bi.. Apa tadi ada gempa?" tanya Diesta heran melihat seluruh isi ruangan, kenapa keadaannya berbeda dengan dikamarnya? ruangannya tetap rapi, seperti tidak terjadi apapun. "gak ada gempa non .. Yang bibi dengar saat menyiram tanaman di belakang, seperti ada bom yang meledak dari atas..!!" jelas bi Cucu yang membuat dirinya dan Diesta heran. "haahh...bom?" Diesta bingung bercampur heran. 'Apa ada yang sengaja ingin membunuhku dengan cara mengebom kamarku? Tapi siapa? Perasaan aku tidak punya musuh ..tapi, kenapa kasurku nggak ikut hancur? Dan aku baik-baik aja..' pikiran Diesta kalut.

Tak lama banyak terdengar suara-suara dari luar, sepertinya rumah Diesta sudah dikerubungi banyak orang yang penasaran.



Diesta dan bi Cucu segera menuju pintu depan. Sayang, om dan tante Diesta belum pulang dari kerja. Dia dan adiknya tinggal dengan om tantenya, orangtua mereka berada diluar negri, karena mereka memiliki proyek disana, sebenarnya Diesta dan Hegie bisa saja ikut pindah bersama mereka, tapi Diesta tidak mau sekolah dinegeri orang, ia tidak mau bergaul dengan orang-orang yang berbeda budaya dengan negaranya diIndonesia.

 rumahnya yang asli berada di Jakarta, disewakan pada oranglain karena jika Diesta dan adiknya saja yang tinggal di situ, orangtuanya khawatir terjadi apa-apa. dan pembantunya dipindah tugaskan, karena kasihan jika menganggur.

      "Diesta....aya naon dirumah kamu teh? kok kayak ada bom? apa maen petasan dikamar?" teriak seorang ibu-ibu setelah Diesta dan bi Cucu keluar dari balik pintu. "hahhh...ng.. aku juga gak tau! baru bangun tidur! mungkin Hegie nyalain petasan dikamar" Diesta tidak bisa berkata apa-apa, karena memang ia tidak tau apa yang telah terjadi, agar tidak ada pertanyaan yang aneh-aneh lagi, ia putuskan untuk masuk kedalam dengan segera. "kokk ampe ancur gitu dinding nya?" tanya seorang ibu-ibu lagi, bi Cucu melihat kearah yang ditunjuk ibu-ibu tadi. "haaahhhh Masya Allah..!!" bi Cucu kaget sejadi-jadinya. “petasannya yang gede bu!” ucap bi Cucu ngasal, ia tidak mau warga sekitar berfikiran aneh-aneh seperti dirinya saat ini. dengan segera Bi Cucu bersama pak Tohir satpam keluarga om Heko membubarkan warga.



-WHITEHAVEN-AUSTRALIA-



               "dasar bodoh kau! jangan sembarangan mengerjai orang! siapa tahu batu merah itu adalah racun yang berbahaya!! okhhookkk!!! khoorrk!!" Riph menarik-narik baju kakaknya diatas kursi ruang tamu, "arrrgghhtt!! aku juga tidak tahu akan seperti ini!!" Rick mendorong adiknya dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya sibuk menahan sakit matanya.

Riph seperti tersedak sesuatu, ia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, kedua tangannya seperti ingin menyekik lehernya, dan tiba-tiba, Riph menghilang seperti terbawa magnet kutub. Rick tidak bisa melihat apa yang terjadi, karena matanya tertutup menahan perih, karena hening, ia memanggil adiknya, "Riph...?" namun tidak ada jawaban, tak lama ia merasa matanya kembali normal, lalu dibukanya, "Riph....?" tidak ada siapapun, ia memastikan matanya normal, dan mengucek-ngucek lagi matanya.

tiba-tiba, semua suara hilang, deru ombak, angin, burung, hilang. ia merasa telinganya bermasalah. "hhhh apalagi ini?" gumamnya. ia segera menuju keluar untuk mencari adiknya, ia kaget setelah melihat ombak berhenti bergerak. angin, seperti berhenti melayang. Rick berlari menuju pantai, "ya Tuhan... apa yang terjadi??" ia kaget melihat orang-orang disekitarnya berhenti seperti patung.











-JAKARTA_INDONESIA-



            Setelah Lary menjelaskan apa yang terjadi pada ibunya, ia bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaian. Ia masih merasakan panas ditelapak kaki kanannya. tapi aneh, tidak ada luka bakar sedikitpun, kulitnya tidak berwarna merah sama sekali.

    Lary merasakan tubuhnya memanas, tetapi seketika berubah dingin, suhu tubuhnya berubah-rubah aneh, "o my God, gue kenapa??" Lary membuka bajunya dan berbaring diatas ranjang. Keringat dingin dan panas mulai mengucur. Kadang ia menggigil, kadang juga ia merasa kepanasan. Saat tubuhnya terasa panas, ia berguling-guling diranjang, tangan dan kakinya bergerak tidak karuan.

Lalu kedua tangan Lary kejang, ia bingung dan takut, ingin berteriak tapi suaranya tersedat ditenggorokan, tiba-tiba dari kedua tangan Lary menyala api yang menjalar kedepan, membakar apa saja yang tersentuh. Lary menjerit dan melompat dari ranjangnya, ia berlari menuju kamar mandi untuk menyeburkan diri kedalam bak, dan akhirnya api yang membakar tangan Lary mati. Ia tidak merasakan panas lagi, anehnya tangan Lary normal-normal saja. Tidak ada luka bakar sedikitpun.

Kemudian Lary merasa kedinginan, giginya bergemerutuk, saat ia berdiri ingin keluar dari bak mandi, air yang merendamnya seperti membeku, kemudian berubah menjadi es seperti sudah diblender. Iapun tidak merasa kedinginan lagi. Lary tercekat, dan segera keluar dari bak mandi.

         Kamar Lary terbakar, ia panik, saat akan membuka pintu kamar, ia teringat kejadian di bak tadi, lalu dengan gemetar tangan Lary memegang dinding kamar, seperti es yang dialirkan, semua api yang menyala mati, dan kamar Lary, seperti terkena badai es salju yang mulai menipis. Ibu Lary berlari menuju kamar anaknya dengan panik, saat membuka pintu, ia ingin menjerit tetapi tangannya lebih dulu menutup mulutnya.

To Be Continue