SKY FORCE 2  

Posted by adistyawd


-LANGIT BANDUNG_INDONESIA-


 Diesta memandang awan-awan yang melayang didekatnya.Ia berada dipesawat yang akan mendaratkan rodanya di Ostrali. Ia dan adiknya Hegie akan menghabiskan libur akhir semester ke Australia menyusul orang tua mereka. Kejadian 2 hari yang lalu membuatnya drop dan merasa tidak enak pada keluarga om Heko. fikirannya melayang melebihi ketinggian pesawat garuda yang ia tumpangi saat ini, apa yang sebenarnya telah terjadi? Hegie mengaku tidak menyalakan petasan sebesar apapun, ada petasan juga tidak.
namun fikiran kalutnya ia buang jauh-jauh, kantuk segera menyergap matanya.Ia harap saat terbangun nanti, ia sadar jika semua hanyalah mimpi.


_BANDARA INTERNATIONAL MELBOURNE_


Mata Diesta menjelajah setiap kertas nama yang diacungkan para penjemput keluarga dibandara, ia mencari namanya. Diesta and Hegie !ketemu! Ia melambai pada pemilik kertas tersebut. Sepertinya supir ayahnya, ia tidak mengenali lelaki setengah baya yang mengenakan jas tersebut. “siang om..” sapa Diesta setelah menghampiri _yang sepertinya supir ayahnya_ tersebut. Ia tahu bahwa penjeputnya ini masih orang Indonesia. “siang non Diesta.. papanya sudah menunggu dirumah” tamahnya dengan suara yang medok. nah kan, benar-benar tulen orang Indonesia. Dengan sigap ia meraih koper Diesta dan Hegie, lalu berjalan mendahului anak majikannya.
“kak… rambut orang-orang sini kok kayak rambut jagung yaa…? Mirip sama temennya papa..” celetuk Hegie memperhatikan orang-orang yang sibuk berlalu lalang. Diesta tersenyum mendengarnya, "takdir dekk…" jawab Diesta ngasal mencolek hidung Hegie yang mancung. Hegie merengut, ia memang tidak suka jika seseorang mengganggu hidungnya. Hal itu membuat Diesta tertawa.
BUUUUKKK!!!“aww…” Diesta hampir terpelanting, untung saja badannya masih kuat menahan berat tubuhnya.“ you cant walking, miss?” gigi Diesta menggertak, ‘bukannya minta maaf nii bule!’ kesalnya dalam hati “should you saying sorry to me!” “what? U’r wrong! Kenapa kau tidak melihat kedepan saat berjalan?Apa kau masih belajar?” kesabaran Diesta sudah tidak bisa tertahankan lagi.“ur very sucks!” Ia memukulkan kepalan tangannya pada pemuda Australia tersebut, “hei, hei hei..! stop it!” dengan sigap ia menghalagi pukulan bertubi-tubi tersebut. “ayooo pukul teruus kaak!” teriak Hegie semangat.
“Riph..! what r u doing? aku mencarimu kemana-mana..”ucap seseorang  menghampiri mereka,Diesta seperti melihat Qorin pemuda yang dipanggil Riph tersebut, “who is them?” lanjutnya, “entahlah… mereka hanya turis gila” jawab Riph enteng, melempar pandangan sinis pada Diesta. Perkataan pemuda tersebut hampir membuat Diesta melayangkan tinjunya kembali jika Riph tidak segera pergi bersama saudara kembarnya. “apa orang-orang Australia sama menyebalkannya seperti dia?” gumam Diesta geram. Hegie menarik-narik baju kakaknya, “kak…” panggil Hegie lirih, “ada apa?Haaa!” Diesta kaget setelah apa yang ia lihat, ia menoleh kearah adiknya, lantai bandara tersebut retak, hampir remuk. Yang ia kagetkan, kerusakan tersebut hanya terjadi disekeliling mereka berdua, baru ia sadari, semua orang menatapnya tak kalah kaget dengan dirinya.
“sebenarnya apa yang kau masukkan dalam minumanku?” Tanya Riph setelah taxi yang iatumpangi bersama kakaknya berjalan meninggalkan bandara. “sudah kubilang itu cuma batu kerikil merah yang aku temukan dipantai! Jangan bilang semua ini ada kaitannya dengan benda tersebut!” “tapi bagaimana saat itu juga aku tiba-tiba berada didalam kamar tamu paman Arnold? Ini sangat aneh!” Riph mengacak-ngacak rambutnya, “dan kau tahu, saat kau menghilang semua yang ada disekitarku tak bergerak! Seperti… seperti waktu berhenti tiba-tiba begitu saja…” jelas Rick menerawang. “apa kau masih tidak yakin semua ini ada kaitannya dengan batu tersebut?” Tanya Riph lagi, memandang kakaknya yang terlihat bingung.


-JAKARTA_INDONESIA-

“ibu yakin ada yang guna-gunain kamu!” tebak ibu Lary dengan panic. “tapi siapa sih yang tega lakuin hal itu kekamu sayang?” lanjutnya lagi, dengan segera Lary mengusap punggung ibunya dengan kasih sayang, ia tahu ibunya sangat khawatir saat ini, “tapi ma, aku gak papa kok.. liatkan?” ucap Lary menenangkan kesekian kali, “jangan-jangan memang ada yang sirik sama keluarga kita yang sukses! Makanya ngerjain kamu!” sangka sang ibu tercinta Lary, kini Lary hanya bisa tersenyum. “kapan kamar Lary dibenerin ma? Berati malam ini Lary tidur dikamar tamu yah?” dengan penuh kasih sayang, sang ibu mengusap ujung kepala anak satu-satunya itu, “gak akan lama kok nak..”

-MELBOURNE_AUSTRALIA-

“mah… kakak punya kekuatan aneh loh! Hegie gak boong!” jelas anak kecil berumur 5 tahun itu, bertahan meyakinkan ibunya dengan pendapat yang tidak masuk akal tersebut, “bohong mah!Tukang ngayal emang siHegie mah!” Diesta mencubit pipi adiknya, membuat ia menjerit kesakitan, “udah udah…namanya juga anak kecil kok, ngapain dianggap serius sih, Dies?” lerai ibunya, mengusap pipi anak bungsunya itu.Diesta melet pada Hegie yang manyun, “tapi Hegie gak boong… kayak difilm-film yang sering kakak tonton!” ucap Hegie lagi dengan nada yang meyakinkan, kali ini sangat.
 “udah yuk akh mah, mending kita makan siang dulu… laper nih!” ucap Diesta, bangkit dari kursi, ia tak mau ibunya tahu keanehan apa yang kini Diesta miliki, iapun sebenarnya tidak ingin pernah tahu, atau ini hanyalah mimpinya yang masih berlanjut. Kejadian dibandara itu membuat ia makin syok.
“kamu yakin gak mau sekolah lagi dibandung?” Tanya pak Hugo papanya Diesta dimeja makan, Diesta menggeleng. “lagian mama sama papa kan permanen tinggal disini” jawab Diesta, menyuapkan sesendok nasi dengan lauknya, “Hegie mau sekolah disini?” Tanya pak Hugo lagi pada anak lelaki satu-satunya itu yang kini mengangguk matap. “entar kalo bahasamah bisa nyusul kali yah…” ucap istri pak Hugo, bu Nisye ibu mereka berdua. “kalo bahasa inggris Diesta bisa kok ma!” sombong Diesta yang tersenyum bangga.


INTERNATIONAL HIGH SCHOOL OF MELBOURNE


Diesta tersenyum bangga saat membaca nama sekolah barunya. Kini ia sekolah diaustralia. Mengherankan memang, dulu saat kedua orangtuanya mengajak pindah keaustralia dan ditawari sekolah disana, ia menolak mentah-mentah. Ia tidak mau bergaul dengan orang-orang yang menurutnya berbeda budaya dengannya. Tapi, entah kenapa, saat ini ia merasa lebih nyaman untuk tinggal dinegeri barunya itu, ia takut kalau-kalau kekuatan anehnya –seperti yang dikatakan Hegie- itu muncul kembali.
“Diesta! I hope u can feeling at home here!” sapa Martin, teman barunya yang ia kenal saat baru pertama kali memasuki kelas. Kebetulan Martin duduk dekat disebelah kirinya dibarisan tengah. Martin mensejajarkan langkah perempuan Indonesia yang memiliki darah keturunan Turkey dari ayahnya itu,ia tersenyum. “u can help me, Martin!” Martin mengangguk mantap. “aku bisa mengajakmu berkeliling dan memperkenalkan sekolah kita! Aku hampir tahu segalanya!” terang cowok berambut kribo sedang itu dengan bangga, “oke… aku bisa menjadi turis yang baik untuk saat ini tuan!” jawab Diesta terkekeh.
“ini lapangan basket kita! Biasa dipakai dalam pertandingan bola basket nasional antar SMU! Dan sekolah kita sering juara!” terang Martin, menunjuk sebuah lapangan basket luas yang berada didalam ruangan, Diesta mengangguk-angguk mengerti.Tour mereka berlanjut keberbagai tempat, sampai-sampai Martin memperkenalkan anak-anak popular disekolah tersebut walau tidak secara langsung. “nahh.. itu Lidya, dia anak terjenius disekolah ini! Anak kelas ..” “memang terlihat dari kacamatanya yang tebal!” mereka berdua tertawa.
“nah..itu sianak kembar yang sangat popular! Namun mereka memiliki kepribadian yang saling bertolak belakang!”Diesta menautkan halisnya, giginya kini menggeretak. “anak sombong!” ucap Diesta spontan, Martin menoleh, “iyaaa! Benar! Mereka berdua memang sombong! Apalagi Riph, dia adiknya Rick yang memiliki rambut lebih pirang. Dia itu sok keren! Berbeda dengan Rick yang terlihat lebih iseng dari adiknya! Mereka berdua sering berkelahi..” kalimat terakhir Martin dikatakan dengan nada seperti berbisik. Namun Diesta tidak begitu menyimak penjelasan Martin, ia ingin sekali menonjok Riph saat ini. Ternyata keberadaannya diketahui Rick, “hei… itukan gadis yang memarahimu dibandara!” tebaknya, menepuk adiknya, Riph menoleh dan membuang muka dengan masam. “ternyata dia sekolah disini juga” sambung Rick lagi, “ayo kita kekantin!” ajak Riph tanpa memperdulikan ucapan kakaknya.


TO BE CONTINUE