Fenomena Gadget pada Anak Usia Dini  

Posted by adistyawd



            Gadget (gawai) bisa di katakan adalah hal lumrah yang di miliki orang pada masa sekarang. Tidak hanya orang dewasa yang memiliki teknologi tersebut, remaja bahkan anak kecil rata-rata memiliki ‘mainan pintar’ ini. Bahkan seperti hal yang aneh jika seseorang belum memiliki teknologi tersebut. Kita pasti tidak jarang melihat orang-orang yang lalu lalang atau sedang duduk diam, sibuk menunduk dengan telepon pintar di tangan mereka.
Akan tetapi, bukan berarti memiliki gadget benar-benar membawa pengaruh buruk bagi kehidupan. Karena banyak sekali manfaat yang di berikan oleh teknologi canggih ini. Misalnya saja sebagai sarana komunikasi, dengan gadget kita bisa menghubungi siapa saja dimanapun dan kapanpun. Bahkan semua jenis informasi dapat dengan mudah kita peroleh melalui situs di internet. Selain itu gadget merupakan sarana hiburan bagi semua kalangan karna dalam gadget kita dapat memainkan berbagai macam permainan yang sangat bervariasi dan aplikasi hiburan lainnya.
Namun, selalu ada hal negatif yang di bawa oleh sesuatu yang mempermudah kehidupan kita. Imbasnya bagi manusia adalah mereka akan sangat ketergantungan dengan alat canggih tersebut. Tidak terkecuali bagi anak usia dini. Dan ironisnya ini sudah menjadi fenomena biasa dan terjadi di sekitar kita.
Dampak buruk bagi anak yang ketergantungan gadget adalah menjadikan anak susah bersosialisasi, malas berinteraksi, lebih individualitas dan egois, juga tidak peka atau acuh terhadap lingkungan sekitar. Anak usia dini juga sangat rentan mengalami nomophohia (no mobile phobia). Ini adalah kondisi dimana seseorang akan gelisah atau merasa kehilangan sesuatu pada dirinya. Ini sangat berdampak negatif bagi perkembangan anak di kehidupannya dalam bermasyarakat.
Dengan teknologi ini anak akan dengan mudah mendapatkan konten-konten sensitif dari berbagai sumber yang limit filter dan akan menjadi ancaman bagi anak itu sendiri. Seperti halnya pornografi, kekerasan, pembullyan dan berbagai macam tindakan tercela yang akan merusak kepribadian serta tingkah laku bagi anak.
Maka dari itu, sebagai orang tua sudah seharusnya melakukan pembatasan dan pengawasan dalam memberikan gadget kepada anak agar mereka terhindar dari hal-hal negatif tersebut.

Kenapa Anak Usia Dini perlu Sekolah?  

Posted by adistyawd

             Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang di laksanakan seumur hidup. Karena pada dasarnya manusia harus tetap belajar dari ia lahir hingga akhir hayatnya.  Karena hal-hal baru akan selalu bermunculan di sekitar, dan sebagai manusia kita harus mempelajari untuk menambah pengetahuan dan membuat kita untuk menjadi seseorang yang lebih bijak lagi. 
Karena manusia adalah makhluk yang penuh dengan rasa penasaran dan haus akan pengetahuan, maka belajar adalah hal yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan akan jawaban dari pertanyaan yang ia miliki.
Pada hakekatnya seorang anak kecil belajar dengan sendirinya dari orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Entah itu dengan cara bertanya atau mencari tahu dengan pengamatannya sendiri.
Dengan otak anak yang mudah menyerap informasi dengan baik, maka belajar sejak dini dengan cara yang formal seperti di sekolah bukan pilihan buruk untuk di lakukan.
Karena dengan begitu, anak kecil yang memiliki otak yang masih segar dapat menyerap pengetahuan yang di berikan guru dengan baik dan bertahan di dalam memori mereka hingga ia dewasa nantinya. 


Sun and Eclipse  

Posted by adistyawd



Aku. Jadi, seperti apa aku ini? Aku bahkan tidak tau seperti apa. Penilaian hanya bisa diberikan oleh orang lain bukan? Atau mungkin karna aku tidak bisa mengenali diri sendiri seperti apa. Tapi, karena aku adalah aku, tidak mungkin aku sama sekali tidak tau seperti apa aku ini. Ya, minimal apa yang ada didalam diriku, atau apa yang aku pikirkan.
Jadi, yang aku tahu tentang diriku adalah, namaku Adistya. Oke, semua yang mengenaliku tahu namaku Adistya. Jadi, tentu saja itu bukan hal khusus. Ntahlah, sebenarnya aku juga bingung apa yang sebenarnya harus aku tulis tentang seperti apa sang Adistya, atau bagaimana dia. Yang aku ketahui tentang Adistya adalah, dia perempuan. Sekali lagi, oke. Itu hal umum yang diketahui orang disekitarku. Tapi, asal kau tau, banyak yang salah mengira jika nama Adistya disandang seorang perempuan. Terutama manusia-manusia dibalik layar atau yang sering disebut warganet. yah, namaku terdengar agak ‘jantan’ bukan? Wkwk
Tapi, ini tidak seberapa, aku bahkan pernah dengar dari orangtuaku sendiri, bahwa ‘calon namaku’ yang lain adalah Aditya. Ayolah, sebegitu inginkah kalian mempunyai seorang Putra mahkota? Sedangkan disini berdiri seorang Putri raja? #abaikan!
So, tidak cukup hanya mengetahui sejarah lahirnya nama Adistya. Akupun penasaran, apakah nama tersebut memiliki sebuah arti atau makna? Singkatnya, aku berhasil mengetahui arti nama Adistya beserta nama belakangnya Wulandari (ya, nama lengkapku Adistya Wulandari). Tentu saja bukan dengar dari orangtuaku, karna jawaban mereka “gak tau. Mama pake nama Adistya dari nama pemeran di sinetron karna dia cantik” plis -_-
Thanks google, aku tau arti nama ‘jantan’ku ini. Matahari dan Bulan Purnama. Dimana kedua benda langit tersebut adalah hal yang menyinari dua keadaan. Siang dan malam. Artinya aku harus tetap bersinar siang dan malam. Setiap hari. Kebetulan yang indah.  Yah, pokoknya aku artikan nama tersebut kedalam hal yang bermakna indah. Terima kasih sinetron, karna telah menginspirasi mamaku yang polos ini. :’)
Cukup dengan nama. Jadi, apakah aku benar-benar orang yang dapat menyinari dalam keadaan apapun? Entahlah, yang dapat merasakan sinarnya orang lain bukan? Tapi, sepertinya aku tidak dapat merasakan cahaya yang keluar dari dalam diriku tersebut. Atau jika diartikan lain, mungkin Adistya yang bermakna matahari adalah aku yang menyinari kedua orang tuaku saat aku terlahir kedunia. Dan Wulandari, bulan purnama. Hmm, Bukankah munculnya bulan purnama hanya saat penanggalan tertentu? Jadi aku pikir, ini belum saatnya aku bersinar untuk orang lain.
Jadi, seperti apa aku sebenarnya? Baiklah, akan kuberi tahu hal simpel tentangku. Suka makan, tidur (sampai) siang, nonton hingga larut malam. Ayolah, semua orang menyukai kegiatan tersebut. Hal-hal yang tidak mengeluarkan keringat dan membuat lelah pikiran adalah hal yang menyenangkan. Ah ya, ada satu hal lagi yang aku suka, mendengarkan musik. (cukup, tidak ada yang mau tau!)
Selanjutnya, aku akan menulis hal umum tentang aku si Adistya. Yaitu identitas. Aku blasteran! Wow, kejutan yang mengagumkan. Dimana mamaku adalah wong jowo dan ayahku jajaka sunda. Iya, jawa sunda. Campuran budaya yang menciptakanku. Ya baiklah tidak mengejutkan, tapi membuatku cukup spesial karna telah lahir dari orang tua yang hebat. Tentu saja setiap anak menganggap orang tuanya adalah manusia terhebat yang pernah ada. Tapi asal kau tau, mereka adalah orang tua hebat dari yang terhebat (tentu saja karna mereka adalah orangtuaku). Dengan sabar memeliharaku sampai saat ini. Aku akui bahwa Adistya bukan anak hebat untuk orangtuanya, tidak seperti anak-anak lain yang membalas cinta orangtuanya dengan prestasi atau apalah itu. Tapi aku (merasa) yakin perjalananku masih membentang panjang kedepan, jadi aku rasa bahwa masih ada harapan untukku agar bisa membalas kehebatan orangtuaku dimasa depan. Semoga.
Jadi apa lagi yang harus aku bahas? Aku ingin terus mengetik tapi rasanya otakku kosong. Seperti apa aku ini? Unik? Aku rasa. Aku memiliki mood yang berubah-rubah. Labil bisa dikatakan. Dimana disaat tertentu aku akan merasa sangat bahagia sampai melampiaskannya tanpa rasa malu, dan sedetik kemudian aku akan merasa kesal karna telah mempermalukan diri sendiri. Mengontrol diri sendiri atau menyetirnya kearah yang diinginkan memang tidak selalu mudah. Tidak semua orang dapat mengendalikan dirinya kearah yang diinginkan hati. Bertindak gegabah tanpa berpikir selalu menghasilkan sesuatu yang buruk. Selalu menyesal dan tidak dapat memperbaikinya. Terkadang begitu. Tidak, tapi selalu begitu.
Ya, aku masih sibuk memperbaiki kualitas diri, mengontrol keinginan hati, tindakan apa yang dianggap benar, dan bagaimana cara melakukannya. Dan itu cukup membuang waktu. Dimana yang lain telah sibuk memperbaiki sekitar dan aku masih sibuk dengan diri sendiri. Cukup menyedihkan memang.
Oke, hal lain tentang aku bernama Adistya adalah, aku adalah pecinta kucing. tapi bukan berarti aku mencintai setiap kucing yang aku temui dimana-mana. Tentu saja aku lebih mencintai kucing peliharaanku ketimbang kucing lain yang tidak aku kenal. Bukankah kau tidak selalu mencintai orang-orang yang kau temui dijalan?
Kucingku dirumah bukan sekedar peliharaan yang harus diberi makan dan dirawat, tapi mereka adalah anggota keluarga yang wajib diberi rasa cinta dan kasih sayang. Tidak semua orang memiliki rasa yang sama terhadap binatang kesayangan Rasul ini. Banyak yang menganggap mereka dengan sebelah mata. Jika ingin membayangkan bagaimana rasanya mencintai mereka, tentu saja adalah bagaimana pandanganmu terhadap keluargamu. Bagaimana kau mencintai mereka dan ketakutan akan kehilangan. Ya, seperti itu. bukan hanya mirip seperti itu. Tapi memang begitulah rasanya. Begitu banyak alasan untuk tetap menjaga mereka tetap aman.
Karna mencintai adalah sesuatu yang menguatkan bahkan bisa melemahkan seseorang. Tergantung bagaimana kau menyikapi perasaan tersebut.
Baiklah, jadi hal lain apa yang bisa aku tulis tentang aku si Adistya? Entahlah, sudah aku katakan sejak awal, bahwa aku belum benar-benar mengenal siapa aku sebenarnya. Aku tidak mengenal diri sendiri dengan baik. Ya, aku buruk dalam hal tersebut. Karena terlalu sibuk menilai orang lain. Mengkritik mereka sampai lupa bahwa diri sendiri tidak lebih baik dari mereka. Begitu ceroboh. Menyebalkan dan sangat arogan.
Cukup. Aku bukan perangkai kata yang mahir. jadi, aku hanya menulis apa yang aku pikirkan. Kesimpulannya adalah aku bukan pribadi baik yang selalu berusaha menjadi lebih baik.
Jadi, inilah tentangku. Matahari dan Bulan Purnama.
Selesai.

Menginspirasi Diri Sendiri  

Posted by adistyawd

        Tidak ada momen tertentu yang membuatku terkesima atau mengubah hidupku menjadi lebih baik. Atau mungkin karena aku sudah lupa dan tidak dapat mengingatnya kembali. Atau bahkan aku tidak dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap momen yang pernah terjadi. Tapi, aku akan mencoba memikirkan lagi memori kecil tertentu dalam hidup ini.

Tentang perjalanan hidupku yang selalu tidak mulus, aku akan memikirkan lagi bagaimana aku bisa sampai disini. Karena jika dipikirkan lagi, semua keadaan yang aku lalui adalah takdir yang membentukku menjadi pribadi saat ini. Semuanya memiliki kesan tersendiri dan tentunya memberiku pelajaran yang berharga.
Saat itu aku berpikir, aku ingin menjadi seseorang yang terjaga. Ingin menjadi makhluk taat walaupun tidak mungkin luput dari dosa-dosa tertentu. Dan tidak lama aku dipaksa masuk pondok oleh orangtuaku. Tentu saja tidak berjalan dengan mudah.  Setiap hari pondok mewajibkan santri perempuan menutup aurat. Peraturan-peraturan yang jika dipikirkan membuat muak dan tentu saja aku menjalaninya dengan setengah hati. Sampai lama-lama mulai terbiasa dan semua peraturan itu adalah hal wajar untuk dilalui.
Tentu saja hidup jauh dari orang tua dijadikan ajang kesempatan untuk memakai uang dengan sesuka hati. Tanpa memikirkan bagaimana mereka susah payah mendapatkannya.

Tiba saat dimana aku akan mengakhiri masa sekolah, semua orang sibuk mempersiapkan jenjang pendidikan selanjutnya. Dan aku tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan seperti yang lainnya. Dan akhirnya aku diberi jalan lain, merasakan sulitnya mendapatkan uang alias bekerja. Pada awalnya aku sangat senang karena bisa menghabiskan uang hasil kerja keras sendiri, tetapi pada kenyataannya pendapatan tidak bertahan lama. Dan disitu aku belajar bahwa lebih baik membeli sesuatu yang dibutuhkan ketimbang yang diinginkan.

Dan akhirnya tibalah aku disini, diberi kesempatan untuk belajar mandiri. Dia mempercayakan segalanya padaku. Hidup tanpa pengawasan orangtua, dimana aku harus menjaga segalanya. Diri, jiwa dan bahkan tentu saja isi dompet.
Aku sudah ditempa berbagai pengalaman hidup sebelumnya, untuk mempersiapkan masa kini, dimana aku belajar cara hidup mandiri bahkan cara mengatur keuangan.
Ya, aku memang lamban belajar, kuakui. Tapi aku belajar. Belajar dari setiap pengalaman atau peristiwa yang terjadi pada diriku sendiri. Bahwa aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dikemudian hari. Karena Tuhan menimpakan pelajarannya langsung kepadaku, agar aku bisa langsung merasakan dan berpikir.

Oke aku tahu, ini bukan cerita tentang kisah yang menginspirasi hidupku, karena aku tidak pandai menilai sebuah tragedi yang terjadi didepan mataku.
Karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengambil hikmah dari sesuatu yang inspiratif. Dan pengalaman hidupku adalah satu-satunya kisah yang menginspirasi kehidupanku sendiri. Bahwa aku pantas hidup lebih baik.
Perjalanan hidupku adalah inspirasi itu sendiri.

Selesai.


(aku ada ngutip dialog dari Sansa Stark :D)

WEIRDO  

Posted by adistyawd



Udah 2017 lagi ternyata. #paansi
Weirdo. Yap. Selalu sering denger quote “stay weird! Normal is boring!” hoyah. Tapi aku gak pernah nemu seseorang yang bisa menerima apa itu ke’tidak normalan’. Dimana saat seseorang melihat ke’anehan’ yang ditunjukan orang yang dikenalnya, mereka cenderung memilih untuk menjauh. Atau ada yang tetap setia bersama ‘orang aneh’ tersebut. Mungkin karena udah terlanjur kenal dan sudah berbasa-basi dengan mengatakan ‘ayo tetap bersama!’. Namun intinya orang-orang tidak tahan dengan ketidak normalan.
Harga diri manusia yang cenderung terlalu tinggi dimana mereka memilih untuk bertindak normal agar tidak dipandang orang lain dengan tatapan berbeda. Ya, mereka memilih untuk tetap berada dijalur ‘aman’ dari pandangan ‘ew, freak!’ dan lebih memilih untuk tidak menjadi pusat perhatian sama sekali. Eh tunggu, dimana mereka memilih untuk menjadi orang yang normal -benar benar normal- dan menjadi raja dari segala kenormalan yang hQQ.
Paansi gajelas banget.
Yah intinya, aku hanya mengatakan apa yang terus berputar-putar didalam otakku selama ini. Dimana menjadi hal yang ‘normal’ bagiku saat mereka memandangku dengan tatapan ‘tidak normal’ dan memilih 2 pilihan yang harus dilakukan mereka. menjauh atau tetap bertahan.
Entahlah, bukan pilihanku untuk menjadi seperti apa sebagai manusia. Karena memang Tuhan telah memberikanku chip karakter yang seperti ini untuk ku pakai menjalani hidup. Yup. Aku merasa aneh.
Tidak. Tentu saja aku tidak bangga menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang aneh. Yang mana merasa berbeda adalah hal yang terkadang datang dengan ketidak nyamanan. Tentu saja bukan tidak ingin merubahnya menjadi sesuatu yang lebih ‘normal’ atau begitu nyaman dengan keadaan saat ini. Tapi lebih kepada, ok! I’ll try to be a normal! But i can’t. Too hard for me! phew.
Tapi aku yakin bukan aku saja yang seperti ini. Bukannya setiap orang memiliki kepribadian yang menjadi ‘ciri khas’ dari diri mereka masing masing? Mungkin masalahnya adalah karena aku tidak bisa menyembunyikan keunikkanku sendiri seperti yang lainnya.
Yah intinya, menjadi orang lain lebih diterima dibanding menjadi diri sendiri.
Haha.