Sun and Eclipse  

Posted by adistyawd



Aku. Jadi, seperti apa aku ini? Aku bahkan tidak tau seperti apa. Penilaian hanya bisa diberikan oleh orang lain bukan? Atau mungkin karna aku tidak bisa mengenali diri sendiri seperti apa. Tapi, karena aku adalah aku, tidak mungkin aku sama sekali tidak tau seperti apa aku ini. Ya, minimal apa yang ada didalam diriku, atau apa yang aku pikirkan.
Jadi, yang aku tahu tentang diriku adalah, namaku Adistya. Oke, semua yang mengenaliku tahu namaku Adistya. Jadi, tentu saja itu bukan hal khusus. Ntahlah, sebenarnya aku juga bingung apa yang sebenarnya harus aku tulis tentang seperti apa sang Adistya, atau bagaimana dia. Yang aku ketahui tentang Adistya adalah, dia perempuan. Sekali lagi, oke. Itu hal umum yang diketahui orang disekitarku. Tapi, asal kau tau, banyak yang salah mengira jika nama Adistya disandang seorang perempuan. Terutama manusia-manusia dibalik layar atau yang sering disebut warganet. yah, namaku terdengar agak ‘jantan’ bukan? Wkwk
Tapi, ini tidak seberapa, aku bahkan pernah dengar dari orangtuaku sendiri, bahwa ‘calon namaku’ yang lain adalah Aditya. Ayolah, sebegitu inginkah kalian mempunyai seorang Putra mahkota? Sedangkan disini berdiri seorang Putri raja? #abaikan!
So, tidak cukup hanya mengetahui sejarah lahirnya nama Adistya. Akupun penasaran, apakah nama tersebut memiliki sebuah arti atau makna? Singkatnya, aku berhasil mengetahui arti nama Adistya beserta nama belakangnya Wulandari (ya, nama lengkapku Adistya Wulandari). Tentu saja bukan dengar dari orangtuaku, karna jawaban mereka “gak tau. Mama pake nama Adistya dari nama pemeran di sinetron karna dia cantik” plis -_-
Thanks google, aku tau arti nama ‘jantan’ku ini. Matahari dan Bulan Purnama. Dimana kedua benda langit tersebut adalah hal yang menyinari dua keadaan. Siang dan malam. Artinya aku harus tetap bersinar siang dan malam. Setiap hari. Kebetulan yang indah.  Yah, pokoknya aku artikan nama tersebut kedalam hal yang bermakna indah. Terima kasih sinetron, karna telah menginspirasi mamaku yang polos ini. :’)
Cukup dengan nama. Jadi, apakah aku benar-benar orang yang dapat menyinari dalam keadaan apapun? Entahlah, yang dapat merasakan sinarnya orang lain bukan? Tapi, sepertinya aku tidak dapat merasakan cahaya yang keluar dari dalam diriku tersebut. Atau jika diartikan lain, mungkin Adistya yang bermakna matahari adalah aku yang menyinari kedua orang tuaku saat aku terlahir kedunia. Dan Wulandari, bulan purnama. Hmm, Bukankah munculnya bulan purnama hanya saat penanggalan tertentu? Jadi aku pikir, ini belum saatnya aku bersinar untuk orang lain.
Jadi, seperti apa aku sebenarnya? Baiklah, akan kuberi tahu hal simpel tentangku. Suka makan, tidur (sampai) siang, nonton hingga larut malam. Ayolah, semua orang menyukai kegiatan tersebut. Hal-hal yang tidak mengeluarkan keringat dan membuat lelah pikiran adalah hal yang menyenangkan. Ah ya, ada satu hal lagi yang aku suka, mendengarkan musik. (cukup, tidak ada yang mau tau!)
Selanjutnya, aku akan menulis hal umum tentang aku si Adistya. Yaitu identitas. Aku blasteran! Wow, kejutan yang mengagumkan. Dimana mamaku adalah wong jowo dan ayahku jajaka sunda. Iya, jawa sunda. Campuran budaya yang menciptakanku. Ya baiklah tidak mengejutkan, tapi membuatku cukup spesial karna telah lahir dari orang tua yang hebat. Tentu saja setiap anak menganggap orang tuanya adalah manusia terhebat yang pernah ada. Tapi asal kau tau, mereka adalah orang tua hebat dari yang terhebat (tentu saja karna mereka adalah orangtuaku). Dengan sabar memeliharaku sampai saat ini. Aku akui bahwa Adistya bukan anak hebat untuk orangtuanya, tidak seperti anak-anak lain yang membalas cinta orangtuanya dengan prestasi atau apalah itu. Tapi aku (merasa) yakin perjalananku masih membentang panjang kedepan, jadi aku rasa bahwa masih ada harapan untukku agar bisa membalas kehebatan orangtuaku dimasa depan. Semoga.
Jadi apa lagi yang harus aku bahas? Aku ingin terus mengetik tapi rasanya otakku kosong. Seperti apa aku ini? Unik? Aku rasa. Aku memiliki mood yang berubah-rubah. Labil bisa dikatakan. Dimana disaat tertentu aku akan merasa sangat bahagia sampai melampiaskannya tanpa rasa malu, dan sedetik kemudian aku akan merasa kesal karna telah mempermalukan diri sendiri. Mengontrol diri sendiri atau menyetirnya kearah yang diinginkan memang tidak selalu mudah. Tidak semua orang dapat mengendalikan dirinya kearah yang diinginkan hati. Bertindak gegabah tanpa berpikir selalu menghasilkan sesuatu yang buruk. Selalu menyesal dan tidak dapat memperbaikinya. Terkadang begitu. Tidak, tapi selalu begitu.
Ya, aku masih sibuk memperbaiki kualitas diri, mengontrol keinginan hati, tindakan apa yang dianggap benar, dan bagaimana cara melakukannya. Dan itu cukup membuang waktu. Dimana yang lain telah sibuk memperbaiki sekitar dan aku masih sibuk dengan diri sendiri. Cukup menyedihkan memang.
Oke, hal lain tentang aku bernama Adistya adalah, aku adalah pecinta kucing. tapi bukan berarti aku mencintai setiap kucing yang aku temui dimana-mana. Tentu saja aku lebih mencintai kucing peliharaanku ketimbang kucing lain yang tidak aku kenal. Bukankah kau tidak selalu mencintai orang-orang yang kau temui dijalan?
Kucingku dirumah bukan sekedar peliharaan yang harus diberi makan dan dirawat, tapi mereka adalah anggota keluarga yang wajib diberi rasa cinta dan kasih sayang. Tidak semua orang memiliki rasa yang sama terhadap binatang kesayangan Rasul ini. Banyak yang menganggap mereka dengan sebelah mata. Jika ingin membayangkan bagaimana rasanya mencintai mereka, tentu saja adalah bagaimana pandanganmu terhadap keluargamu. Bagaimana kau mencintai mereka dan ketakutan akan kehilangan. Ya, seperti itu. bukan hanya mirip seperti itu. Tapi memang begitulah rasanya. Begitu banyak alasan untuk tetap menjaga mereka tetap aman.
Karna mencintai adalah sesuatu yang menguatkan bahkan bisa melemahkan seseorang. Tergantung bagaimana kau menyikapi perasaan tersebut.
Baiklah, jadi hal lain apa yang bisa aku tulis tentang aku si Adistya? Entahlah, sudah aku katakan sejak awal, bahwa aku belum benar-benar mengenal siapa aku sebenarnya. Aku tidak mengenal diri sendiri dengan baik. Ya, aku buruk dalam hal tersebut. Karena terlalu sibuk menilai orang lain. Mengkritik mereka sampai lupa bahwa diri sendiri tidak lebih baik dari mereka. Begitu ceroboh. Menyebalkan dan sangat arogan.
Cukup. Aku bukan perangkai kata yang mahir. jadi, aku hanya menulis apa yang aku pikirkan. Kesimpulannya adalah aku bukan pribadi baik yang selalu berusaha menjadi lebih baik.
Jadi, inilah tentangku. Matahari dan Bulan Purnama.
Selesai.

Menginspirasi Diri Sendiri  

Posted by adistyawd

        Tidak ada momen tertentu yang membuatku terkesima atau mengubah hidupku menjadi lebih baik. Atau mungkin karena aku sudah lupa dan tidak dapat mengingatnya kembali. Atau bahkan aku tidak dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap momen yang pernah terjadi. Tapi, aku akan mencoba memikirkan lagi memori kecil tertentu dalam hidup ini.

Tentang perjalanan hidupku yang selalu tidak mulus, aku akan memikirkan lagi bagaimana aku bisa sampai disini. Karena jika dipikirkan lagi, semua keadaan yang aku lalui adalah takdir yang membentukku menjadi pribadi saat ini. Semuanya memiliki kesan tersendiri dan tentunya memberiku pelajaran yang berharga.
Saat itu aku berpikir, aku ingin menjadi seseorang yang terjaga. Ingin menjadi makhluk taat walaupun tidak mungkin luput dari dosa-dosa tertentu. Dan tidak lama aku dipaksa masuk pondok oleh orangtuaku. Tentu saja tidak berjalan dengan mudah.  Setiap hari pondok mewajibkan santri perempuan menutup aurat. Peraturan-peraturan yang jika dipikirkan membuat muak dan tentu saja aku menjalaninya dengan setengah hati. Sampai lama-lama mulai terbiasa dan semua peraturan itu adalah hal wajar untuk dilalui.
Tentu saja hidup jauh dari orang tua dijadikan ajang kesempatan untuk memakai uang dengan sesuka hati. Tanpa memikirkan bagaimana mereka susah payah mendapatkannya.

Tiba saat dimana aku akan mengakhiri masa sekolah, semua orang sibuk mempersiapkan jenjang pendidikan selanjutnya. Dan aku tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan seperti yang lainnya. Dan akhirnya aku diberi jalan lain, merasakan sulitnya mendapatkan uang alias bekerja. Pada awalnya aku sangat senang karena bisa menghabiskan uang hasil kerja keras sendiri, tetapi pada kenyataannya pendapatan tidak bertahan lama. Dan disitu aku belajar bahwa lebih baik membeli sesuatu yang dibutuhkan ketimbang yang diinginkan.

Dan akhirnya tibalah aku disini, diberi kesempatan untuk belajar mandiri. Dia mempercayakan segalanya padaku. Hidup tanpa pengawasan orangtua, dimana aku harus menjaga segalanya. Diri, jiwa dan bahkan tentu saja isi dompet.
Aku sudah ditempa berbagai pengalaman hidup sebelumnya, untuk mempersiapkan masa kini, dimana aku belajar cara hidup mandiri bahkan cara mengatur keuangan.
Ya, aku memang lamban belajar, kuakui. Tapi aku belajar. Belajar dari setiap pengalaman atau peristiwa yang terjadi pada diriku sendiri. Bahwa aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dikemudian hari. Karena Tuhan menimpakan pelajarannya langsung kepadaku, agar aku bisa langsung merasakan dan berpikir.

Oke aku tahu, ini bukan cerita tentang kisah yang menginspirasi hidupku, karena aku tidak pandai menilai sebuah tragedi yang terjadi didepan mataku.
Karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengambil hikmah dari sesuatu yang inspiratif. Dan pengalaman hidupku adalah satu-satunya kisah yang menginspirasi kehidupanku sendiri. Bahwa aku pantas hidup lebih baik.
Perjalanan hidupku adalah inspirasi itu sendiri.

Selesai.


(aku ada ngutip dialog dari Sansa Stark :D)