19
Okt

Senyum  

Posted by adistyawd

                Saat ini pukul 2 pagi. Entah mengapa aku rasa aku sulit tidur karna sesuatu. Tiba2 aku sadar ada sebuah suara yang agak aneh. Bisa dibilang cukup mengganggu. Aku memberanikan diri mengecek asal suara tersebut diluar pintu kamarku. Aku sedikit berhati-hati saat membuka pintu, berjalan melewati ruang tamu mencari asal suara tersebut. Aku melihatnya, seorang lelaki. 

Ia ayahku, dia berjongkok membelakangiku, aku melihat tangannya bergerak2 seperti melakukan sesuatu. Ruangan dimana ayahku berada agak remang2, tapi aku bisa lihat jelas bahwa didepannya terbaring seseorang. Mengenakan piyama biru yang kini sudah tidak terlihat jelas warna kainnya karna terbanjiri oleh banyak darah. Aku terpaku. Seperti ada sesuatu yang menahanku agar aku tetap diam menyaksikan hal tersebut. Tiba2 ayahku menoleh kearahku, diam sejenak dan tersenyum. Senyum yang mengerikan. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum seperti itu sebelumnya. Senyum penuh kepuasan, senyum penuh gairah, senyum yang telah lama ia tahan2 sejak lama.

Tak lama ia berdiri menghadap kearahku, melepaskan pisau yang ia pegang kelantai begitu saja. Berjalan pelan dengan senyuman yang mengerikan diwajahnya. Dia membungkuk kearahku yang bahkan aku tak dapat berkedip melihatnya. Aku hanya bergetar dan tak bisa apa2. “jadilah anak yang baik dengan menutup mulutmu” ucapnya menepuk kepalaku. Yang membuat cairan merah ditangannya menempel begitu saja dirambutku.


“Aaaarrrhggt!!” Aku terbangun, menjerit dan menangis sekaligus lega karna yang aku lihat hanya mimpi buruk saja. Aku melirik jam dan kulihat masih jam 1 pagi. Seseorang berpiyama biru membuka pintu, menyalakan lampu kamar dan berlari kearahku, ia terbangun mendengar teriakanku barusan. Tanpa bertanya apapun ibuku langsung menenangkanku agar aku bisa bergegas tidur kembali. aku melihat ayah diambang pintu memegang secangkir kopi, sepertinya ia kesal karna aku membangunkan seisi rumah. Setelah aku tenang ibuku pergi kearah pintu dan segera kembali kekamar tidurnya. Ayahku memandangku sejenak, ia tersenyum sebelum pergi, mematikan lampu dan menutup pintu kamarku. Aku membaringkan kepalaku, memikirkan sesuatu dan tidak bisa tidur.

This entry was posted on Rabu, 19 Oktober 2016 at Rabu, Oktober 19, 2016 . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar