25
Mei
SKY FORCE 2
-LANGIT
BANDUNG_INDONESIA-
Diesta
memandang awan-awan yang melayang didekatnya.Ia berada dipesawat yang akan
mendaratkan rodanya di Ostrali. Ia dan adiknya Hegie akan menghabiskan libur
akhir semester ke Australia menyusul orang tua mereka. Kejadian 2 hari yang
lalu membuatnya drop dan merasa tidak enak pada keluarga om Heko. fikirannya
melayang melebihi ketinggian pesawat garuda yang ia tumpangi saat ini, apa yang
sebenarnya telah terjadi? Hegie mengaku tidak menyalakan petasan sebesar
apapun, ada petasan juga tidak.
namun
fikiran kalutnya ia buang jauh-jauh, kantuk segera menyergap matanya.Ia harap
saat terbangun nanti, ia sadar jika semua hanyalah mimpi.
_BANDARA
INTERNATIONAL MELBOURNE_
Mata
Diesta menjelajah setiap kertas nama yang diacungkan para penjemput keluarga
dibandara, ia mencari namanya. Diesta and Hegie !ketemu! Ia melambai pada
pemilik kertas tersebut. Sepertinya supir ayahnya, ia tidak mengenali lelaki
setengah baya yang mengenakan jas tersebut. “siang om..” sapa Diesta setelah
menghampiri _yang sepertinya supir ayahnya_ tersebut. Ia tahu bahwa penjeputnya
ini masih orang Indonesia. “siang non Diesta.. papanya sudah menunggu dirumah”
tamahnya dengan suara yang medok. nah kan, benar-benar tulen orang Indonesia.
Dengan sigap ia meraih koper Diesta dan Hegie, lalu berjalan mendahului anak
majikannya.
“kak…
rambut orang-orang sini kok kayak rambut jagung yaa…? Mirip sama temennya
papa..” celetuk Hegie memperhatikan orang-orang yang sibuk berlalu lalang.
Diesta tersenyum mendengarnya, "takdir dekk…" jawab Diesta ngasal
mencolek hidung Hegie yang mancung. Hegie merengut, ia memang tidak suka jika
seseorang mengganggu hidungnya. Hal itu membuat Diesta tertawa.
BUUUUKKK!!!“aww…” Diesta hampir terpelanting,
untung saja badannya masih kuat menahan berat tubuhnya.“ you cant walking,
miss?” gigi Diesta menggertak, ‘bukannya minta maaf nii bule!’ kesalnya dalam
hati “should you saying sorry to me!” “what? U’r wrong! Kenapa kau tidak
melihat kedepan saat berjalan?Apa kau masih belajar?” kesabaran Diesta sudah
tidak bisa tertahankan lagi.“ur very sucks!” Ia memukulkan kepalan tangannya
pada pemuda Australia tersebut, “hei, hei hei..! stop it!” dengan sigap ia
menghalagi pukulan bertubi-tubi tersebut. “ayooo pukul teruus kaak!” teriak
Hegie semangat.
“Riph..!
what r u doing? aku mencarimu kemana-mana..”ucap seseorang menghampiri
mereka,Diesta seperti melihat Qorin pemuda yang dipanggil Riph tersebut, “who
is them?” lanjutnya, “entahlah… mereka hanya turis gila” jawab Riph enteng,
melempar pandangan sinis pada Diesta. Perkataan pemuda tersebut hampir membuat
Diesta melayangkan tinjunya kembali jika Riph tidak segera pergi bersama
saudara kembarnya. “apa orang-orang Australia sama menyebalkannya seperti dia?”
gumam Diesta geram. Hegie menarik-narik baju kakaknya, “kak…” panggil Hegie
lirih, “ada apa?Haaa!” Diesta kaget setelah apa yang ia lihat, ia menoleh
kearah adiknya, lantai bandara tersebut retak, hampir remuk. Yang ia kagetkan,
kerusakan tersebut hanya terjadi disekeliling mereka berdua, baru ia sadari,
semua orang menatapnya tak kalah kaget dengan dirinya.
“sebenarnya
apa yang kau masukkan dalam minumanku?” Tanya Riph setelah taxi yang iatumpangi
bersama kakaknya berjalan meninggalkan bandara. “sudah kubilang itu cuma batu
kerikil merah yang aku temukan dipantai! Jangan bilang semua ini ada kaitannya
dengan benda tersebut!” “tapi bagaimana saat itu juga aku tiba-tiba berada
didalam kamar tamu paman Arnold? Ini sangat aneh!” Riph mengacak-ngacak rambutnya,
“dan kau tahu, saat kau menghilang semua yang ada disekitarku tak bergerak!
Seperti… seperti waktu berhenti tiba-tiba begitu saja…” jelas Rick menerawang.
“apa kau masih tidak yakin semua ini ada kaitannya dengan batu tersebut?” Tanya
Riph lagi, memandang kakaknya yang terlihat bingung.
-JAKARTA_INDONESIA-
“ibu
yakin ada yang guna-gunain kamu!” tebak ibu Lary dengan panic. “tapi siapa sih
yang tega lakuin hal itu kekamu sayang?” lanjutnya lagi, dengan segera Lary
mengusap punggung ibunya dengan kasih sayang, ia tahu ibunya sangat khawatir
saat ini, “tapi ma, aku gak papa kok.. liatkan?” ucap Lary menenangkan kesekian
kali, “jangan-jangan memang ada yang sirik sama keluarga kita yang sukses!
Makanya ngerjain kamu!” sangka sang ibu tercinta Lary, kini Lary hanya bisa
tersenyum. “kapan kamar Lary dibenerin ma? Berati malam ini Lary tidur dikamar
tamu yah?” dengan penuh kasih sayang, sang ibu mengusap ujung kepala anak
satu-satunya itu, “gak akan lama kok nak..”
-MELBOURNE_AUSTRALIA-
“mah…
kakak punya kekuatan aneh loh! Hegie gak boong!” jelas anak kecil berumur 5
tahun itu, bertahan meyakinkan ibunya dengan pendapat yang tidak masuk akal
tersebut, “bohong mah!Tukang ngayal emang siHegie mah!” Diesta mencubit pipi
adiknya, membuat ia menjerit kesakitan, “udah udah…namanya juga anak kecil kok,
ngapain dianggap serius sih, Dies?” lerai ibunya, mengusap pipi anak bungsunya
itu.Diesta melet pada Hegie yang manyun, “tapi Hegie gak boong… kayak
difilm-film yang sering kakak tonton!” ucap Hegie lagi dengan nada yang
meyakinkan, kali ini sangat.
“udah
yuk akh mah, mending kita makan siang dulu… laper nih!” ucap Diesta, bangkit
dari kursi, ia tak mau ibunya tahu keanehan apa yang kini Diesta miliki, iapun
sebenarnya tidak ingin pernah tahu, atau ini hanyalah mimpinya yang masih
berlanjut. Kejadian dibandara itu membuat ia makin syok.
“kamu
yakin gak mau sekolah lagi dibandung?” Tanya pak Hugo papanya Diesta dimeja
makan, Diesta menggeleng. “lagian mama sama papa kan permanen tinggal disini”
jawab Diesta, menyuapkan sesendok nasi dengan lauknya, “Hegie mau sekolah
disini?” Tanya pak Hugo lagi pada anak lelaki satu-satunya itu yang kini
mengangguk matap. “entar kalo bahasamah bisa nyusul kali yah…” ucap istri pak
Hugo, bu Nisye ibu mereka berdua. “kalo bahasa inggris Diesta bisa kok ma!”
sombong Diesta yang tersenyum bangga.
INTERNATIONAL
HIGH SCHOOL OF MELBOURNE
Diesta
tersenyum bangga saat membaca nama sekolah barunya. Kini ia sekolah
diaustralia. Mengherankan memang, dulu saat kedua orangtuanya mengajak pindah
keaustralia dan ditawari sekolah disana, ia menolak mentah-mentah. Ia tidak mau
bergaul dengan orang-orang yang menurutnya berbeda budaya dengannya. Tapi,
entah kenapa, saat ini ia merasa lebih nyaman untuk tinggal dinegeri barunya
itu, ia takut kalau-kalau kekuatan anehnya –seperti yang dikatakan Hegie- itu
muncul kembali.
“Diesta!
I hope u can feeling at home here!” sapa Martin, teman barunya yang ia kenal
saat baru pertama kali memasuki kelas. Kebetulan Martin duduk dekat disebelah
kirinya dibarisan tengah. Martin mensejajarkan langkah perempuan Indonesia yang
memiliki darah keturunan Turkey dari ayahnya itu,ia tersenyum. “u can help me,
Martin!” Martin mengangguk mantap. “aku bisa mengajakmu berkeliling dan memperkenalkan
sekolah kita! Aku hampir tahu segalanya!” terang cowok berambut kribo sedang
itu dengan bangga, “oke… aku bisa menjadi turis yang baik untuk saat ini tuan!”
jawab Diesta terkekeh.
“ini
lapangan basket kita! Biasa dipakai dalam pertandingan bola basket nasional
antar SMU! Dan sekolah kita sering juara!” terang Martin, menunjuk sebuah
lapangan basket luas yang berada didalam ruangan, Diesta mengangguk-angguk
mengerti.Tour mereka berlanjut keberbagai tempat, sampai-sampai Martin
memperkenalkan anak-anak popular disekolah tersebut walau tidak secara
langsung. “nahh.. itu Lidya, dia anak terjenius disekolah ini! Anak kelas ..”
“memang terlihat dari kacamatanya yang tebal!” mereka berdua tertawa.
“nah..itu
sianak kembar yang sangat popular! Namun mereka memiliki kepribadian yang
saling bertolak belakang!”Diesta menautkan halisnya, giginya kini menggeretak.
“anak sombong!” ucap Diesta spontan, Martin menoleh, “iyaaa! Benar! Mereka
berdua memang sombong! Apalagi Riph, dia adiknya Rick yang memiliki rambut
lebih pirang. Dia itu sok keren! Berbeda dengan Rick yang terlihat lebih iseng
dari adiknya! Mereka berdua sering berkelahi..” kalimat terakhir Martin
dikatakan dengan nada seperti berbisik. Namun Diesta tidak begitu menyimak
penjelasan Martin, ia ingin sekali menonjok Riph saat ini. Ternyata
keberadaannya diketahui Rick, “hei… itukan gadis yang memarahimu dibandara!”
tebaknya, menepuk adiknya, Riph menoleh dan membuang muka dengan masam.
“ternyata dia sekolah disini juga” sambung Rick lagi, “ayo kita kekantin!” ajak
Riph tanpa memperdulikan ucapan kakaknya.
TO BE
CONTINUE